Selasa, 04 Juli 2017

Bab 17 Arge

Terima Kasih sudah datang... Chapter hari ini sungguh pendek...he...he....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
 -------------------------------------------------------



 17 - Tentakel besar dan Loli Vampir

 “Semakin dekat dirimu, semakin besar cumi-cumi-nya.”
 
Sebuah kesan keluar dari mulutku. Berapa banyak porsi sashimi yang bisa kamu dapat?
 
Aku berdiri di haluan kapal bersenjata berukuran sedang.
 
Nama kapalnya adalah “Pisces”. Ini kapal tua yang direncanakan untuk di bongkar, dan aku menerimanya dari Samaka-san dan menggunakannya untuk mendekati cumi cumi.
 
“Pisces” di tengah kabut bergerak maju dengan lambat menuju sang cumi-cumi raksasa “Abyss call”. Namun, tak ada pelaut yang mengendarainya, faktanya tak ada siapapun selain diriku.
 
... Ini adalah salah satu dari banyak Skill Cheat-ku
 
Blood Contract. Skill yang mengijinkan seseorang untuk menggunnakan darahnya sendiri ke Yang lain dan membuat mereka menjadi pelayan.


Aslinya ini adalah skill yang hanya bisa digunakan pada benda hidup, namun aku bahkan bis menggunakannya ke benda tak hidup dengan Skill level maksimum.


Dan Blood Contract level tinggi punya kekuatan untuk menginjinkanmu untuk memanipulasi pelayan dengan bebas.
 
Dengan kata lain, aku mengubah kapal ini menjadi pelayan jadi aku menggerakkannya sendiri. Sesuai harapanku, layar akan mengatur tersi dengan cermat dan kemudi akanbeubah arah tanpa perlu menyemtuhnya.


Ini sangat nyaman untuk bergerak hanya dengan berfikir. “Pisces” adalah kapal layar, punya struktur yang menerima angin dengan layar, tak punya mesin, namun dengan angin, itu bisa dibuat dengan sihir.
 
Seperti yang dikira, aku tak bisa dengan bebas mengendalikan meriam, namun ini cukup karena aku hanya ingin mendekat.


Blood Contract. Skill yang sempurna untukku. Dia itu orang yang baik’kan? (Dia : Loligramps)


Laut susah karena cumi-cumi mengamuk sampai beberapa saat lalu, walaupun “Pisces” bergoyang banyak, ini maju dengan lancar.
 
Jika ada masalah, ini adalah posisi dari sabuk kulit menggantung di pundak dari bawah layar pada kapal yang seringkali salah arah dan entah kenapa menggairrahkan, namun aku telah menahannya sekarang.
 
Walau cumi-cumi dengan jelas menyadariku dan waspada, aku tidak membuat serangan yang jelas, saat tiba-tiba behadapan dengan mundurnya armada yang menyerangnya.
 
Sekalipun itu tak mengerti dan menjawab pertanyaan, namun ayo coba bicara. Selagi berfikir, aku mengeluarkan sesuatu dari Bloog Bag.
 
Apa yang aku ambil adalah megaphon yang disiapkan Samaka-san.
 
Walau tak seperti yang menggunakan listrik. Ini sederhana intuk digunakan dalam even olahraga. Ini dibuat dari bahan seperti plastik, dan ungkapannya sungguh sempurna.


 “Halo, bisakah kamu mendengarkanku?”
 
Mencoba berbicara menggunakan megaphone. Sambil meningkatkan jangkauan efek dari Language Translation Skill , jika itu makhluk berakal, kata-kataku akan dimengerti dan aku juga mengerti kata tersebut.
 
Setelah itu, ada balasan dari pihak lain.
 
“Siapa dirimu?”
 
.... Wow, suara kakek tua.


Ini orang yang rasial atau individual? Suara cumi-cumi seperti laki-laki, suara kecil dengan sedikit kesan, cocok banget dengan ungkapan kakek tua.
 
“Yah... Aku hanya Vampir yang lewat.”
 
“Apa? Vampir? Lelucon apa ini, non? Apakah mungkin Vampir bergerak saat matahari masih  muncul?
 
“Bukan, ini karena aku punya Ketahanan matahari tingkat tinggi...uh....Kakek Cumi-cumi-san” (おっさんイカさん: Ossan ika-san)
 
“Kakek Cumi-cumi!?”
 
“Oh, Ma’afkan aku, apakah Cumi-cumi tua lebih baik?” (Ika Oyaji-san)
 
“Itu tak banyak berbeda!”


Aku diteriaki tentang penamaan sekalipun orang tersebut bukan manusia.
Kupikir itu nama yang sempurna, namun cumi-cumi raksasa tetap cumi-cumi raksasa. Pasti lezat.


 “Kenapa dengan wajah yang disesalkan itu...?”
 
“Oh, bukan, jangan kawatir tentang itu, jadi.... bisakah kamu berhenti menuju kota itu?”


 “Kusangkal”


Pendek, mudah di fahami pula balasannya. Setelahnya dia menyerang dengan banyak tentakel.
 
 “Kufikir siapa targetnya, namun aku tak merasa itu candaan.”
 
... Ah, Akhirnya ini bukan perkara? Ini menyusahkan.
Diwaktu yang sama aku membuat keputusan di hatiku. Tak terhitung tentakel putih mengincar “Pisces”.


---------------------------------------------------------------------------------------------------------
 -------------------------------------------------------