---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
01 - Aku Mati dalam Tidurku
“.... Sebuah ruangan putih.”
Saat
aku bangun pagi ini. Kutemukan diriku di ruangan yang benar benar putih”
Sungguh.
Tempat ini sungguh putih sampai tak mungkin untuk mengira dimana dinding dan
langit-langitnya.
Apakah
tempat ini sempit ataupun luas pun juga tak jelas. Hanya melihatnya saja terasa
mengganggu.
“Akhirnya kamu bangun, yang berreinkarnasi.”
“Yaa.... Selamat pagi.”
“... Reaksimu sungguh sederhana.”
Bukan,
aku hanya baru bangun. Otakku belum berfungsi dengan baik.
Untuk
sekarang, Ku kan memberikan pertanyaan kepada suara tak berwujud itu.
“Dimana aku?”
“Ini adalah ruang reinkarnasi. Ditempat ini
kau akan memutuskan dimana kau kan direinkarnasi dan menjadi ras apa.”
Orang
ini suaranya trdengar seperti anak kecil, tapi nadanya seperti manula.
“... jadi aku telah mati, Loligramps-san” {Tl
Note : Aku bingung, jadi ikut English aja}
“Sayangnya, ya.... tunggu, Loligramps!?”
{Loligramps = Nenek kecil/pendek/muda}
“Benar. Loligramps-san.”
“Kamu... sungguh tak sopan”
“Ma’af, apakah Kakek Loli lebih baik?
“Bukan itu masalahnya! Kata-kata dan ucapanku adalah
2 hal yang berbeda”
Sungguh,
untuk meneriaki orang yang baru saja bangun. Dia itu orang yang menjengkelkan.
Selagi
berdiri dan meragangkan tubuh untuk menghilangkan rasa kantuk, aku bertanya
pada Loligramps.
“Nh, mm... Bagaimana aku mati?”
“Kau cepat paham huh.. tak masalah. Sebab kau
mati adalah apnea tidur.”
Sleep
apnea syndrome.
Bukankah
itu, dimana kau berhenti bernafas selama tidur... kan?
“Kau biasanya tak kan menyangka seseorang akan
mati karna apnea tidur. Itu hanya menaikkan resiko dari stroke dan serangan
jantung.”
“Hmm? Itulah yang kudengar. Tetap saja,
kematianmu secara tak langsung disebabkan oleh apnea tidur. Manajemen tingkat
atas tak bekerja dengan benar... Bagaimanapun juga, kau telah mati, mengerti?”
“Haa, aku paham.”
Aku
tak tahu apapun tentang Manajemen Tinggi, tapi jika aku sungguh mati, tak ada
apapun yang inginku selesaikan, akupun tak menderita, jadi kurasa itu baik-baik
saja. Ini sungguh lebih baik dibandingkan mati dalam rasa sakit dan
penderitaan, mati saat muda dan diproses mencari keidealan.
“Lalu... reinkarnasi? Kenapa reinkarnasi?
Apakah ada aturan jika kau mati dalam apnea tidur kau kan direinkarnasikan?
“Tidak,
ini hanya karena jiwamu.. bagainama mengatakannya... tak bersemangat.”
“Tak bersemangat?
Itu
yang dikatakan suara, secara normal aku orang tak bersemangat, seseorang tanpa
sedikitpun motivasi.
Aku
sebuah keberadaan yang egois, parasit yang melekat dan tak bisa jauh dari orang
tua.
“Tak bisa dipungkiri aku ini sebuah noda di
bumi, atau lebih benar dikatakan sebagai bawaan ekstra, keberadaan yang tak
membawa manfaat pada sekitarnya, seperti anak lidah atau usus buntu.”
“Evaluasi
dirimu sungguh tajam!”
“Itulah
kebanarannya. Dan, apa nilai dari mereinkarnasi orang tak bersemangat ini? Pergilah
mencari orang lain yang lebih terangsang. Seperti orang yang mati berteriak,
‘Tidaaaak, Aku belum boleh mati’ lebih baik
‘kan? Lalu, selamat malam.”
“Tunggu,
jangan katakan kesimpulannya dan begitu saja kembali tidur. Juga, ada apa
dengan penampilan dramatis ini?”
Futon
hilang begitu saja. Tanpa memberikan waktu untuk berkedip, sungguh memberikan
perasaan bahwa itu menghilang ke udara tipis.
....
Ini, sepertinya bukan mimpi.
Haa.
Menyebalkan. Aku rindu futonku.
IndeX
Translator : Zimsakuzai
Membaca Novel Terjemahan The Reincarnater Wants An Afternooon Nap Bahasa Indonesia Bab 1