Tl : Zimsakuzai
Source : Raising The Dead
*******************************************
14
– Sekarang Aku Takkan Mati
Beberapa hari setelah dia menggerakkan gigi di ruang
kelas, Adele meletakkan upayanya pada kerja paruh waktunya di toko roti.
Toko roti dibuka pada hari libur dikarenakan perasaan professionalitas
walau penjualannya tak begitu bagus.
Ini cukup natural sebenarnya. Pada hari libur kebanyakan
orang tidak akan bekerja, termasuk ibu-ibu yang kalau tidak bekerja akan bisa
memasak tiga kali sehari. Dan walau roti adalah bahan pokok dalam makanan
mereka, banyak yang membelinya di hari kerja atau membuat makanan tanpa roti.
Jika kau menambhakan seseorang yang bisa memasak roti ketika mereka punya
waktu...
Tentu saja, yang mana membeli roti toko roti sebagai
makan siang selagi bekerja juga terbatas pada hari libur.
Dikarenakan seluruh fakta tersebut, toko roti tidak
menutup tokonya untuk beberapa orang yang memerlukan roti.
Dan ,ya “Penjualannya tak begitu baik” hanyalah masa lalu.
Sejak Adele mulai bekerja disama, penjualannya naik
secara lambat, mancapai tingkatan pada hari kerja normal.
Alasannya adalah...
「Um, tolong itu satu!」
Dengan pipi berwarna merah, murid dari pedagang terdekat
menunjuk sepotong roti.
Keimutan Adele ditambah dengannya –untuk dunia ini- tak
biasa pelayanan yang akrab membuat bocah yang jomblo berfikir bahwa ‘dia
menyukaiku’.
Dan walau, statusnya rendah dibandingkan Adorei, Akademi
Ekland masih terpandang oleh warga biasa. Untuk seorang gadis memakai seragam
bergengsi itu untuk bekerja di toko roti itu berarti hanya satu. Dikatakan,
bahwa dia warga biasa yang sangat berbakat yang masuk menggunakan
beasiswa. Dan sebagai sesama orang
biasa, dia berada dalam area dimana kasih mereka masih sampai padanya.
Didepanku adalah gadis pintar dan imut yang bisa
memberikan uang dimasa depan. Ditambah lagi, dia selalu tersenyum kepadaku.
Menghadapi kesan ini, tak ada bocah yang tak bahagia.
“Fufufu, Adele-chan adalah anak yang
licik....”
Setelah murid itu pergi, wanita manula dari rukun
tetangga merayunya.
“Obaa-chan, apa rumor yang kamu katakan...”
Bahkan walau dia tak memiliki memori indah dengan
kakek-nenek dari kehidupan sebelumnya, di dunia ini dia bisa akrab dengan para
manula.
“Seperti yang dia
katakan. Begini dan bukan masalah lagi menikahi keluarga bagus dan memiliki
tokomu sendiri.”
“Kamu juga, Jii-chan?”
Pemilik toko roti juga berada di tempat berkumpul untuk
manula di hari libur.
Dia ditarget sama kakek-nenek keesepian yang cucu-cucu
mereka telah meninggalkan rumah. Namun itu bukan masalah untuk Adele karna dia
juga menikmati perkumpulan. Ini juga membantu karna mereka membubarkan pria
yang lebih aggresif.
Hanya ada satu hal yang Adele ratapi.
Karna akhir-akhir ini tak ada roti tak terjual ketika dia
menutup toko, makan tak ada yang tertinggal untuknya.
Ketika Adele menyelesaikan pekerjaannya hari ini dan
berada dalam jalan pulang ke Asrama dia menyadari kerumunan berkumpul di jalan
utama.
“Permisi, bisakah anda memberitahuku apa yang
sedang berlangsung?”
“Ahhh, ya, kereta
putri ketiga akan melewati tempat ini. Karna kita mungkin akan melihat sekilas
pada yang mulia ini menjadi keramaian ini.
Kita akan beruntung
dia akan melambai pada kita.”
Wanita yang Adele tanyai menjelaskan padanya.
Sepertinya putri ketiga jarang meninggalkan istana jadi
takada yang banyak melihatnya secara langsung antara warga biasa.
(Karena aku ada
disini mengintip harusnya tak apa. Masih ada waktu yang tersisa pula...)
Adele lalu menggunakan tubuhnya yang kecil, mendesakkan
diri ke kerumunan sampai dia mencapai baris pertama.
Tepat setelah dia mencapai baris pertama, konvoi datang
di akhir jalan.
Di depan adalah empat pengguna tombak dengan pedang
bergantung pada sabuk mereka. Selanjutnya 3 kavaleri dengan lembing. Dibelakang
mereka kereta mewah diikuti penyusunan tentara seperti yang didepan.
Karna kereta hanya bergerak secara lambat didalam
ibukota, langkah kaki tentara yang paling cocok di paving dan mencegah penyerang
diposisikan di depan dan belakang.
Konvoi lambat laun mendekat ke posisinya, dan ketika tentara kan melewati Adele bocah
berumur 5-6 tahun terdorong ke jalan karena kerumunan.
“Kurang ajar bangsat!”
Tentara di depan, yang mana jalan yang anak itu halangi,
mengayunkan tombaknya dan mengenainya dengan ujung tumpul.
Manerima pukulan dengan mutlak di perut, sang bocah
terlempar dan sekarang terdampar di tanah diam dan tak bergerak. Karna anak tersebut
masih di bagian konvoi, tentara berjalan menuju anak tersebut. Tombaknya disiapkan
untuk dengan paksa menghilangkan penghalang.
(... bocah itu bakal tewas!)
Sebelum dia menyadarinya Adele telah meninggalkan
kerumunan dan berlari menuju bocah itu.
(Ini terasa agak
familiar...
Sesuatu seperti ini telah terjadi sebelumnya. Akankah aku
mati lagi sekarang...)
Dikarenakan menyadari bahaya ini, tubuh Adele tak berhenti
dan dia menghalangi bocah dengan tubuhnya. Mengenakan disekelilngnya, Adele
dengan kuat menggambarkan.
(Lattice Force Barrier!)
Pling!
Tombak tentara yang diayunkan dengan seluruh kekuatannya
dipantulkan kembali oleh dinding semi transparan disekitar Adele.
Lattice Force. Kepaduan Energi yang dikeluarkan ketika
atom, molekul, atau ion dalam bentuk gas memadat menjadi atom kristal.
Menginginkan beberapa jenis penghalang, Adele memikirkan
sesuatu yang telah ia lihat di anime karena tak mengetahui mengapa itu bekerja.
Karena Nanomanchine akan melakukan apapun ketika dia hanya membayangkannya, dia
ingin membuat bayangan yang sekuat mungkin yang mencari di ingatannya tentang
kemampuan seperti penghalang. Apa yang melintas adalah bentuk “Lattice Energy”
yang datang dari buku yang ia baca untuk senang-senang di kehidupan sebelumnya.
Lattice, Kepaduan Energi. Kalimat dengan sifat mem-blok
dan menghalangi.
Walau dia tak memiliki ide apapun tentang apa arti
tersebut, mereka memberikan perasaan ppada Adele bahwa mereka entah bagaimana
akan menahan serangan.
Karena dia memiliki kata Lattice di fikirannya,
penghalang tak berbentuk kubah, namun lebih menjadi sesuatu seperti dibuat dari
beberapa kaca lurus.
「Ap…」
Meningkatkannya suara kekuatiran, tentara terus menerus
memukul ujung tombaknya melawan dinding tak terlihat tanpa hasil.
“Tenanglah!”
Pada akhirnya satu tentara kavaleri turun dari kudanya
dan mendekat.
Menilai dari perlengkapan dan lencana rankingnya diatas
tentara. Karena dia menunggangi kuda mungkin dia adalah kesatria...
Kesatria yang telah melihat semuanya dari atas kudanya
menusukkan tombaknya kepada Adele. Dengan pisau menghadap padanya.
Pling!
「Mustahil…….」
(Ini buruk buruk buruk buruk buruk!)
Adale dalam kepanikan total.
Tentu saja bertarung dengan penjaga istana adalah
masalah, namun “Lattice Force Barrier” juga masalah besar.
Sihir seperti ini, berdasarkan pengetahuan Adele, sangat
tak diketahui di dunia ini.
Sihir untuk membatalkan sihir serangan lain itu ada. Juga
sihir untuk meninggikan dinding tanah sebagai perisai melawan pedang dan panah,
senilai dengan mantra air dan angin juga ada. Namun sihir yang bisa benar-benar
melindungi dari serangan fisik tanpa medium tak pernah tedengar bahkan dari
mitos dan legenda.
Jika sihir seperti itu bisa digunakan secara instan,
kemenangan dalam pertarungan akan pasti. Karna ketika serangan musuh tak
berarti, kamu bisa menyerang mereka terus menerus.
Dia akan dibawa ke istana tanpa ragu jika dia tak
melakukan apapun.
... Atau dia akan dieksekusi karena menyerang putri.
(Ini bencana!
Mengeluarkan shirku dan tak sopan dihadapan kelompok putri adalah Malapetaka.
Apa yang bisa kulakukan....)
Selagi menutupi bocah, Adele mati-matian mencoba mencari
ide bagus. Namun karna status nervesnya kepalanya kosong.
“Ka-kau, siapa kau! Setan, atau bahkan Iblis!”
Tidak sadar mengambil langkah mundur, ekspresi ketakutan
menjalari wajah kesatria.
(...Iblis? bahkan
dipanggil sebagai setan, apakah itu juga ada... Itu dia!)
Menemukan solusi dari kesulitannya, Adele melepaskan
penghalang.
Dengan suara gelas pecah, Latiice Force Barrier berubah
menjadi pecahan yang setelahnya menghilang tanpa jejak.
Karena dia bisa dengan mudah menahan dan mencengkram
tombak jika ia menggunakan kekuatan aslinya, tak ada bahaya bahkan bila dia
melepaskan penghalang.
Adele dengan lambat mulai berdiri, menengok kepada
kesatria dengan wajah tanpa ekspresi.
“Untuk berfikir ada yang kurang ajar meletakkan tangannya
pada bejana suci ini!”
「「「Eh?」」」
“Kubertanya siapa yang kurang ajar menyakiti bejana
yang aku tinggali!”
((((Eh?))))
Benar-benar bingung denganapa yang terjadi, tentara,
kesatria, dan warga disekitar memberikan ekspresi kebingungan berada di wajah
mereka.
*******************************************