Senin, 16 Oktober 2017

Sakura Chapter 8

Terima Kasih sudah datang...


Tl : Zimsakuzai
Source : Onichannyamete


(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>


~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)


8 –  Situasi Sekarang – Bagian 2

Benda-benda yang kubawa jatuh bersamaku ke dalam lubang.

Buku tulis, buku catatan, dan tas dengan alat tulis didalamnya. Kotak bekalku dan kue yang tersisa dari makan siang.

Dougi yang kupakai sekarang, dan tas yang ditinggalkannya. Bokuto-ku, serta Pakaian yang aku pakai.

Itu semua.

Berdasarkan pengetahuan yang ku punya akan Alselia, semua selain bokuto dan kue tak mungkin didapatkan disini. Bahkan walau itu tas, teknologi menyulamnya sangat berbeda jauh, dan bahkan pakaianku juga sama. Selagi untuk bokuto, harusnya tak ada senjata berbentuk seperti ini di dunia ini, dan untuk kuenya mereka hanya punya yang lebih kering.

Dengan kata lain, tak peduli yang aku bawa, itu harusnya menjadi bukti bahwa aku dari dunia lain.

Sesuatu yang gampang dimengerti ... seperti ponselku, kehabisan baterai. Yah, bahkan walau kehabisan baterai aku percaya ini cukup, namun bakal susah untuk membuktikannya. Aku akan membawanya sebagai back-up.

Jam tanganku ... jika kuingat dengan benar, dunia ini masih belum punya jam. Lalu akan kubawa ini, dan ...

Dan untuk kotak bekal, ah, alhamdulillah, mungkin aku harus mencucinya sedikit. Aku bisa menunjukkan ini juga.

Dan akhirnya, sesuatu yang gampang dimengerti .....

Setelah ssedikit berfikir, aku memutuskan membawa tas bahan pembelajaranku juga.

“Aku membuatmu menunggu.”

Aku kembali ke ruangan Pangeran Sedrim dan kapten regu Raias.

“Aku yakin bahwa ini akan jadi bukti. Karna ini takkan bisa diperoleh di Alselia.”

Selagi mengatakannya, aku mengeluarkan buku catatanku, alat tulis, kotak bekal dan jam, dan meninggalkannya diatas meja.

Setelah menatanya, aku mulai menjelaskan pada dua pria yang melihatnya dengan rasa ingin tahu yang besar.

Pertama aku menunjukkan pada mereka buku catatan dan alat tulis. Aku akan mencoba yang terbaik dengan memilih buku catatan terbaru, dan untuk alat tulisnya, yang kupilih adalah pensil mekanik, pulpen, dan spidol permanen? Mungkin aku harus menunjukkan penghapus jua.

“Ini adalah buku catatan yang digunakan untuk mengingat sesuatu, dan alt tulis digunakan untuk menulis.”

Selagi memegang buku catatan dan alat tulis, aku menjelaskannya pada mereka berdua.

“Buku catatan adalah kumpulan ‘kertas’, dibuat dari tanaman menggunakan teknologi dari duniaku. Menggunakan ini kau bisa merekam apa yang dibutuhkan agar tak lupa nantinya. Seperti ini .... “

Aku membuka halaman terakhir buku catatan, dan menulis “Pangeran Kedua Sedrim Al Sobure” dan “Kapten Regu Kesatria Raias Or Olford” jadi mereka bisa melihatnya.

“Oh? Kamu bisa menulis tanpa menggunakan tinta? Terlebih, kertas ini terlihat lembut. Saya tak mendapatkan perasaan bahwa penamu tertempel pada ini.”

Pangeran mulai berbicara nada hormat.

“Benar, “Pensil Mekanik” yang baru digunakan adalah sesuatu yang disebut “batu” di tempat tinta. Sekali ini habis, membuatnya menjadi tak bisa digunakan untuk menulis. Dan untuk kertasnya, kukira kau akan lebih mengerti jika kau menyentuhnya nanti, karna itu halus, aku percaya bahwa penamu takkan pernah menempel. Dan untuk hal yang kau pernah tulis, jika kau melakukan ini.

Selagi menjelaskan, kali ini aku menggunakan penghapus untuk menghapus “Pangeran Kedua” dan “Kapten Regu Kesatria” sebagai demonstrasi.

“Yang aku gunakan sekarang disebut sebagai “penghapus” dan bisa menghilangkan hal yang kuhapus sebelumnya menggunakan ‘pensil mekanik’ dari atas kertas. Kau bisa mengiranya sebagai alat untuk menghilangkan dan mengubah kesalahan.”

Mengatakannya, aku mengambil buku catatan, penghapus dan pensil mekanik untuk menunjukkannya pada mereka.

Selagi melihat dengan tatapan hormat, Pangeran berkata,

“Menakjubkan, Mereka melakukan hal hebat memikirkan hal seperti ini. Pastinya dengan ini kau tak perlu lagi menghabiskan kertas kualitas tinggi, dan kau tak perlu lagi membawa tinta kemana-mana. Sungguh nyaman. Namun mendengar penjelasanmu tentang ‘penghapus’ baru saja, apakah itu berarti hanya bekerja pada pensil mekanik? Apakah itu berarti alat lain yang kau tinggalkan di meja itu beda?”

Pangeran, bukankah kau cukup tajam?

Apakah dia menyadari dari penjelasan baru saja bahwa masih ada tipe pena lain?

“Ya, sangat benar. Tolong kelompokkan bahwa ‘pensil mekanik’ dan ‘penghapus’ harus digunakan bersama. Ini adalah alat tulis lainnya juga, namun kata yang ditulis dengan itu takkan bisa dihapus dengan ‘penghapus’.”

Selagi menjelsakan. Aku meletakkan buku catatan dan pensil mekanik yang kupegang ke meja, dan mengambil pulpen dan spidol permanen sebagai penggantinya.

“Yang aku pegang sekarang adalah ‘pulpen’ dan ‘spidol permanen’. ‘pulpen’ ini adalah alat tulis yang digunakan untuk menulis di kertas dan bisa kamu kira sebagai bulu dan tinta dalam satu benda. Ada tinta yang disimpan didalam pegangan ‘pulpen’. Dan kata yang ditulis menggunakan ini takkan bisa dihapus menggunakan ‘penghapus’.”

Mengangkat pulpen sedikit lebih tinggi, aku menjelaskan pada mereka.

Selagi aku melakukannya, ayo jelaskan juga tentang spidol permanen.

“Dan ini adalah ‘spidol permanen’ yang bisa menulis di hampir semua permukaan. Namun bila permukaan itu kotor ‘spidol permanen’ bakal kehilangan fungsinya, jadi perlu hati-hati. Ini bahkan bisa menulis di permukaan pedang dan armor. Juga hal yang ditulis bisa bertahan dari hujan serta panas. Dan di duniaku ini utamanya dipakai untuk menandai namamu di kepemilikanmu. Kata yang ditulis dengan ‘spidol permanen’ dan ‘pulpen’ sebelumnya takkan bisa dihapus dengan ‘penghapus’. Kukira bakal gampang dimengerti perbedaannya ada pada tinta didalamnya.”
Faktanya, ketika ada perbedaan dalam konstruksi atau logam, penghapus tak bisa menghapusnya, namun menjelaskannya bakal menyakitkan, dan mulai membuatnya kembali di dunia ini bakal mustahil, jadi tak masalah bila aku tak menjelaskannya.

Aku menurunkan pena yang aku pegang ke meja dan berganti menjelaskan kotak bekal.

“Ini disebut ‘kotak bekal’ dan ini adalah alat yang digunakan untuk meletakkan makanan didalamnya dan membawanya bersamamu. Khususnya, memasak selesai di pagi hari dan makanan dimakan di siang hari.”

Alselia menggunakan keranjang dan sejenisnya untuk tempat bekal, namun kotak bekal ini dibuat dari plastik; dengan kata lain, bahan yang tak bisa ditemukan didunia ini.

“ ‘Kotak bekal’ ini dibuat dari bahan yang disebut plastik di duniaku. Ini ringan dan kuat, jadi digunakan untuk benda yang bisa dibawa. Aku yakin ini juga sesuatu yang tak bisa ditemukan di Alselia.”

Selagi mengatakannya, aku membuka penutup kotak bekal dan meletakkannya diatas meja.

Dua pria yang mendengar penjelasanku menatapnya, terlihat ingin menyentuhnya. Namun, penjelasanku belum selesai. Jadi kuabaikan mereka. Ada juga termos teh didalamnya, namun ini bisa diganti dengan sihir dan menjelaskannya bakal menyusahkan. Jadi aku tak mengeluarkannya. Ini pastinya bukan karna aku tak bisa menjelaskannya lho? Aku ngasih kebenarannya lho?.

Selanjutnya adalah jam tangan.

“Ini disebut ‘jam tangan’ dan ini alat untuk menunjukkan waktu. Ketika jarum pendek membuat satu putaran, itu berarti setengah hari, dan setengah hari ini dibagi menjadi 12 bagian. Jarum panjang menunjukkan satu jam per putaran, yang mana setara dengan setengah koku. Dengan ini, tak peduli dimanapun kau, kau bisa menentukan waktu dengan akurat.”

Mata mereka pada bercahaya. Ketika aku memperingati mereka untuk tak menyentuhnya, mereka mirip seperti anjing menunggu jatah makannya. Bahkan jika kau terlihat seperti itu.... aku akan bermasalah bila aku melompati penjelasan dan langsung ke ‘waktu menyentuh’, benar bukan?

Menguatkan diriku, akhirnya benda terakhir adalah kue yang tersisa dari makan siang. Aku tak tahu bedanya dari masakan di masa kini, namun aku juga merasa sedikit lapar. Aku ingin makan kue bersama dengan teh.

“Akhirnya adalah ‘kue’. Ini adalah salah satu manisan di duniaku. Ada masakan yang mirip di dunia ini, jadi selama bahan-bahannya sama, memungkinkan untuk membuat hal yang sama.”

Aku mengangkat tas kue sedikit, dan melihat pada mereka bahwa ini adalah akhirnya.

“Sekarang, kukiira inilah bukti bahwa aku datang dari dunia lain. Karna nampaknya kalian berdua tertarik, tak apa untuk menyentuhnya. Namun , tolong jangan kasar-kasar, baiklah? Aku akan menyiapkan teh, sampai aku kembali, silahkan lakukan sesuka kalian.”

Setelah meninggalkan nasihat, aku menuju tangga menuju ke ruang makan untuk mengambil alat yang diperlukan untuk membuat teh.


(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>


~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)

 Kuzai : Huh... nampaknya aku ngantuk... sayo nara..... aku takkan