Tl : Zimsakuzai
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
6
– Pertamaku ××
Di suatu hutan, yang jaraknya sekitar sehari perjalanan
dari Soblem, Ibukota Sobure.
Disisi kolam di tengah hutan lebat, yang normalnya
beratmosfir damai telah terselingkupi dengan suara bentrokan pedang dan
teriakan.
“HAHH!”
“YAAAH!” “HAAH!”
Sekelompok yang terbalut dengan seragam armor logam, dan
sekelompok orang dengan pakaian yang hampir bisa armor dan bahkan senjatannya
tak seragam, sekarang sedang saling kumpul, bertarung.
Nampaknya mereka merupakan sekelompok kesatria kerajaan
dan sekelompok bandit sedang bertarung.
“Hah-!”
ZUSHAA-!
“Menyerahlah! Jika kau lakukan sekarang, kami takkan
mengambil nyawa kalian!”
Suara kesatria yang kelihatannya berada pada peringkat
tertinggi menyeru pada mereka.
“Hmph, jangan pandang rendah kami, bocah! Kami kan bunuh
kalian semua!”
Bandit dengan tubuh terbesar mengayunkan pedang besar membalasnya.
“Lalu kami akan lanjut menghancurkan kalian semua!!”
Kesatria yang sebelumnya berteriak, dan menebas bandit
terdekat.
Nampaknya ada 15 kesatria dan 25 bandit. Dan bicara
kemampuan, kesatria nampak unggul.
Kebenarannya, kau akan mengerti dari bandit berpedang
besar bahwa dia sedikit tak sabar karna bandit sedang ditekan.
“Dia! Incar pria pirang itu!”
Bandit berpedang besar menunjuk kesatria yang meminta
agar mereka menyerah dan nampaknya merupakan pimpinan, serta kemudian
memberikan perintah pada bawahannya.
Mendengar perintah pimpinan, beberapa bandit dengan
seketika mengerubungi kesatria pirang.
“Tak peduli betapa banyak kau datang, semuanya sama!”
Kesatria pirang memotong satu bandit yang datang, lalu
lainnya. Selama kesatria pirang itu menghadap kearah lain, sebuah anak panah
terbang dan menusuk di lengan kirinya.
“Kuh-”
Lukanya tak seberapa, namun kesatria itu berhenti
bergerak untuk seketika.
Selama waktu itu, salah satu bandit menyerang, dan
kesatria pirang seketika menerimanya dengan pedangnya.
“DAPAT!”
Bandit berpedang besar menebas kesatria pirang dari
belakang.
“”Pangeran!””
Kesatria disekitar berteriak. Pada waktu itu, sesuatu
jatuh ke kepala bandit.
..*
..*
..*
..*
..*
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah!”
GOSUH-! DOSAH-!
..*
..*
..*
..*
..*
<<Sakura
POV>>
Selagi mengeluarkan teriakan, ketika aku terselimuti
cahaya, aku dikeluarkan entah dimana. Atau begitulah kukira, ketika belakangku
membentur sesuatu, aku langsung jatuh ke tanah.
“Owowow ... Tuhan! Apa artinya ini!? ”
Jujur! Aku merasa punggungku bakal hancur.
Selagi memelas punggungku, ketika aku melihat sekitarku,
aku menemukan bahwa untuk suatu alasan aku menjadi pusat perhatian.
Mereka keliahatannya terkejut dengan penampakanku
tiba-tiba, ya kan?
Apakah itu pedang? Pedang lurus dua sisi ... mungkin
pedang panjang?
Memegang pedang panjang adalah sejumlah pria dengan armor
logam, dan mungkin aku sebut armor kulit morat-marit (?), yang masih berpose
bertarung satu sama lain. Apa ini, aku penasaran? Cosplay?
Ketika aku menilai sekitarku untuk menebak situasi,
seorang pria yang runtuh disampingku memanggilku.
“Kenapa dengan bocah ini. Ba**ng ini munjul dari mana?”
Pria yang tadinya rebah disampingku sekarang mengambil
posisi dengan pedang besarnya, melotot padaku.
Sedikit jengkel karna dipanggil bocah, aku melotot balik
ke pria itu.
Pada waktu yang sama, pria di sekitar yang membeku sampai
sekarang melanjutkan gerakan mereka.
KASHING
GAKII- DOGAH- ZASHUU-
Nampaknya bahwa para pria ini terpisah menjadi dua
kelompok dan saling bentrok satu sama lain.
Untuk sekarang, bisakah aku memutuskan bahwa pria
berseragam logam adalah kesatria, dan yang pria berbaju lusuh adalah bandit?
Aku menatap beberapa pria berbaju lusuh, pada roboh di
tanah.
“Bocah sialan! Jika kau menghalangi aku kan bunuh kau a!”
Pria dengan pedang besar mengangkat senjatanya dan
mendekat.
Bukankah ini tiba-tiba jadi medan pertarungan? Walaupun
aku masih belum memahami situasinya.
Aku terganggu karna pria ini memanggilku bocah, jadi
sekarang kanku bungkam dia.
Aku tak punya waktu untuk menyiapkan senjata, jadi aku
akan mengambil kesadarannya dengan tangan kosong. Tuk mengira bahwa akan datang
waktu ajaran masterku akan berguna...
Mencocokan waktu dengan serangan, aku melangkah maju.
Aku menekan kaki kananku, dan membiarkan tubuhku
mengikuti grafitasi, aku akan menyerang solar plexus-nya dengan sikuku ... atau
begitulah yang kukira, namun aku tak bisa mencapai solar plexus-nya
Alasan utamanya karna tinggi badan.
Bukankah dia terlalu besar? Dia sekitaran 2 meter, jujur!
Karna tak ada pilihan, aku akan menyerah pada solar
plexus dan mengarahkan sikuku ke perut bawahnya, dibawah pusar.
Aku menyerahkan tubuhku pada gravitasi, membungkuk,
menambahkannya dengan ajaran misterius qiqong masterku atau terserah, dan
mengarahkannya ke sikuku.
Jika ini kena, nampaknya ini bakal cukup efektif.
Ketika pria berpedang besar tanpa sadar bengkok pada
pinggangnya, aku memutar tubuhku dan mengarahkan tendangan tinggi ketengkuk
lehernya. Ini juga mengandung qiqong. Mengejutkannya, Qiqong cukup berguna,
bukan?
Tubh pria itu tegang, dan lalu tergelincir.
Itu harusnya mengambil kesadarannya.
“Boss-!”
Teriakan muncul dari grup bandit.
Ketika aku kira bahwa aku akan memeriksa sekitar lagi,
hanya selagi aku menolehkan mataku ke orang disekitarku, sesuatu menarik
tubuhku.
Ketika aku langsung menoleh dan mengecek, pria berpedang
besar yang harusnya sudah kehilangan kesadaran menggenggam sweater musim
panasku. (Apa yang aku pakai adalah seragam sekolah blus lengan pendek dibawah
sweater musim panas, dan rok sepanjang paha diatas celana pendek(spatsu).
Hasilnya, walaupun aku menggunakan tendangan tinggi sebelumnya, cawatku tak
kelihatan.)
Dia nampaknya tak sadar, jadi ini refleks? Aku ceroboh.
Seperti yang kau duga, sekarang kami saling menempel, aku
tak bisa melakukan apapun karna perbedaan ukuran kami.
Aku bakal jatuh bersamanya, namun ketika aku jatuh aku
akan melepas tangannya.
“Gimana kau berani nglakuin itu pada bos-!”
Salah satu bandit mengangkat pedangnya dan menyerangku.
Aku masih belum membenarkan posisi tubuhku. Tangan pria yang dipanggil bos ini
sangat gigih. Mesum sialan.
Aku masih belum pada posisi untuk menerima serangan,
namun tak bisa dipungkiri.
Setelah mencocokkan serangan lawan sebaik mungkin, aku
maju selangkah. Normalnya aku akan menyerang dan mengambil kesadarannya, namun
sweater musim panasku masih dipegang jadi aku tak bisa mengira jaraknya dengan
baik. Hasilnya, untuk mengurangi luka, aku menangkap pedang dengan tangan
kiriku.
Dengan menghentikan pedang pada gagang, aku menghentikan
serangan.
Dan ketika serangan terhenti, aku mengayunkan tendangan
menengah.
Namun karna tak bisa menutup jarak, itu hanya mengenai
udara kosong. Ini menyebalkan, bukan?
Bandit menebas kesamping untuk menghabisiku.
Aku mencoba melompat mundur sekuat tenaga. Walau
pakaianku masih digenggam.
Karna tenaga lompatanku, tangan boss melepaskan
pakaianku. Aku bebas sekarang.
Namun, lompatan sekuat tenagaku tak tahunya memberikan
kesialan padaku. Benar, lokasinya “pada sisi kolam di hutan lebat’.
Dengan kata lain, yang terjadi adalah....
ZURU-…!
BASHAAN!
Tempat yang aku lompat mundur adalah berada di
tengah-tengah kolam, dan aku yang dengan kuat mendarat di tempat tanpa
kekerasan, aku jatuh pas ke kolam. Ini bukan rencananya.
Kepalaku entah bagaimana ke permukaan air, dan aku
sekarang menuju ke sisi.
Dan disana ada seorang bandit mengayunkan pedangnya
padaku.
Sial, aku terpojok.
Bahkan untukku, situasi ini susah diatasi.
Namun, pihak yang bertarung di medan pertarungan ini
adalah aku, bandit dan kesatria.
Dan karna pihaknya terpisah menjadi kesatria dan aku vs
bandit, aku tak punya pertentangan dengan kesatria.
Inilah kenapa ini terjadi.
“SEIYAHH-!”
Kesatria pirang yang posisinya dekat dengan kami, dan
menebas bandit yang mencoba membunuhku.
Nampaknya bandit itu hanya mengincarku, jadi dia tak
mengira akan serangan kesatria pirang.
Dengan kata lain, nampaknya aku terselamatkan.
Setelah mengangkat wajahku keluar dari kolam dan
merangkak ke sisi, aku melihat sekitar dan menemukan bahwa semuanya telah
terkendali.
Nampaknya tak ada bandit yang bertahan. Tiada juga
kesatria yang roboh. Para kesatria kuat.
“Apa kamu tak apa?”
Ketika aku melihat ke atas, aku menemukan kesatria pirang
menatap padaku, menjulurkan tangannya.
Nampaknya dia ingin membantuku.
Aku menerima bantuannya, dan menggunakan genggamannya
untuk membantuku berdiri.
Aku basah dari kepala sampai kaki.
Aku benar benar ingin ganti, jika anjut aku bakal demam
nih.
“Kamu menyelamatkan saya ketika saya tersulitkan, Terima
kasih.”
Mengatakannya, kesatria pirang tersenyum padaku.
Wajahnya benar benar bagus, terlebih dia besar. Mungkinkah
dia 180 cm?
Untuk bertemu matanya, aku harus menatap ke atas. Peh!
Tanpa menunjukkan perasaanku yang sesungguhnya di
wajahku, aku menjawab jujur.
“Bukan, akulah yang terselamatkan dari kesulitan.”
Leherku bakal kelelahan.
Omong-omong, dimana sih ini? Kisah hidupku tiba-tiba
dilemparkan ke medan pertempuaran, jadi aku belum mengerti situasinya.
Haruskah aku mencoba bertanya pada kesatria dihadapanku?
“Umm,-”
“Omong-omong, dari mana asalmu? Kelihatannya kau muncul
dari langit, namun .... apakah kau magus?”
Pertanyaanku diinterupsi.
Untuk sekarang, aku akan memberikan jawaban jujur.
Setidaknya, akan lebih sedikit kecurigaan bila memberikan
kesan baik pada kesatria, dari pada yang buruk.
“Yah, aku juga tak tahu kenapa aku disini, atau dimanakah
tempat ini, dan aku bukanlah seorang magus.”
Untuk sekarang, aku akan menjawab sebisaku.
Dan selagi melakukannya, akan bagus untuk setidaknya
mengerti situasiku.
“Um, aku tiba-tiba ada disini, dan aku tak begitu
mengerti situasiku. Apasih statusnya ini?”
“Kami adalah orde kesatria di negeri ini, dan berada pada ditengah
pemusnahan bandit. Mereka adalah kelompok bandit yang akhir-akhir ini
menyebabkan masalah di jalan raya sekitar, jadi kami di perintahkan untuk
memusnahkan mereka dan berada di tengah pertarungan ketika kamu muncul.”
Mengatakannya, kesatria pirang melihat sekitar.
Ketika aku juga ikut melihat sekitar juga, aku menemukan
bahwa bandit yang mati dikumpulkan bersama, dan bandit yang hidup diikat dengan
akar. Sialnya, pria yang dipanggil bos yang aku kalahkan ada di tengah-tengah
bandit yang diikat.
“Ummm, ma’af. Jika mungkin, aku akan berterima kasih bila
kamu mau memberitahuku arah jalan dan kota terdekat.”
Sekarang, nampaknya aku menghindari bahaya paling dekat,
namun bahkan bila aku tinggal disini bukan berarti masalahku akan
terselesaikan.
Sekarang yang paling penting adalah mengamankan kamar dan
keselamatanku. Untuk hal itu, aku harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin
dari kesatria dihadapanku selagi memungkinkan.
“Benar, tempat ini adalah hutan yang jaraknya sekitar
sehari dengan kuda di sebelah timur ibukota. Permukiman terdekat harusnya
adalah desa Latis, namun ... Benar sekali, akhirnya saya tak bisa meninggalkan
gadis kecil seperti kamu sendiri dan harus berterima kasih untuk menyelamatkan
hidupku jua. Jika kamu tak bermasalah, maukah kamu datang ke ibukota bersama
kami? Kami takkan menganiayamu.”
“Aku akan sangat senang. Tolong ijinkan aku mengambil
tawaranmu.”
Selagi mengatakannya, aku menunduk.
Aku jadi tersakiti diperlakukan sebagai anak kecil, namun
aku harus bertahan, tahan.
“Pertama kita akan menghabiskan malam di Desa Latis, dan
besok kita akan menuju ibukota. Mungkin akan lebih baik untuk merawat lukamu
juga.”
Mengatakannya, dia melihat tangan kiriku.
Aku lupa, aku telah menahan pedang dengan tanganku
sebelumnya.
Ini sakit karna aku menyadarinya. Walaupun harusnya aku
takkan merasakan sakit ini bila dia tak menunjukkannya...
“Ya, aku berharap padamu, Ah, aku Fujino Sakura. Disini,
aku harusnya menjadi Sakura Fujino. Namaku Sakura, dan nama keluargaku Fujino.
Sayangnya, aku bukan anak kecil. Umurku 15.”
Memperkenalkan diriku kali ini. Dan selagi melakukannya,
aku komplain karna diperlakukan sebagai anak kecil.
“Eh? 15? Mengira bahwa kau ini sudah dewasa ... Namun
bagaimana saya melihat kamu, kau nampak kayak 7 atau 8 tahun ...”
Aku merasa bahwa aku baru saja mendengar kata-kata yang
menggelisahkan, namun ....
“Ma’af, apakah kau mengatakan sesuatu?”
“Tidak, tidak apa. Saya pengeran kedua negeri ini, dan
pemimpin kesatria ini, Sedrim Al Sobure. Kamu bisa memanggilku Sedrim.”
Dia adalah pangeran? Tak mengejutkan dia kelihatan begitu
bersinar. Dan dia besar.
“Jika mungkin, selagi di jalan raya aku ingin bertanya
tentang kau secara detail. Contohnya Kenapa kau muncul disini, atau dimana kamu
berasal. Tak apa menjawab sebisa kamu.”
Mengatakannya, dia mulai bergerak.
“Aku paham, Pangeran Sedrim. Karna ada banyak yang belum
kupahami, namun aku akan menjawab sebisa mungkin.”
Setelah menjawab, aku mengikuti pangeran.
Oops, aku hampir lupa. Aku harus mengambil barang yang
jatuh bersama denganku.
Karna hanya itulah baraang milikku.
“Apakah itu semua bawaanmu, Sakura?”
“Ya, aku membawa itu sebelum kemari.”
Aku menjawabnya sebanyak mungkin selagi berjalan menuju
sekelompok kesatria.
..*
..*
..*
Aku ingin tahu apa yang akan terjadi padaku ketika aku
kesini. Dan Sobure ... ? Bukankah itu kata yang cukup Familiar?
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)