Tl : Zimsakuzai
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
7
– Situasi Sekarang – Bagian 1
“Kita hampir sampai di Desa Latis.”
Pangeran Sedrim berbicara padaku.
Sudah dua jam sejak pertarungan, dan sejak meninggalkan
hutan serta mulai mengendarai kereta kuda pas keluar hutan.
Nampaknya kami akhirnya sampai di desa.
Seperti yang diduga dari kereta kuda milik royalti. Aku
bisa duduk tanpa sakit bahkan dengan tipisnya bagian belakangku.
..*
Nampaknya bahwa desa telah diberitahu sebelumnya via kuda
cepat karna ketika kami masuk desa kami disalami oleh pria yang kelihatan
seperti kepala desa, dan tiga pria lain.
“Nampaknya yang mulia telah tiba dengan sehat dan
selamat”
Kepala desa (nama Julukan) menundukkan kepalanya untuk
menunduk.
“Lupakan akan formalitasnya. Apakah kamu punya tuangan
kosong?
Seperti yang diduga dari royalti. Mengatur hal gini
sangat simpel, bukan?
“Ya pak, kami telah menyiapkannya seperti yang
diperintahkan. Akan saya tunjukkan.”
Kepala desa (nama julukan) mulai memimpin kami ke
bangunan yang kayaknya seperti penginapan.
Nampaknya bahwa ketiga pria lain yang bersama dengannya
menuntun kerete kuda dan kuda kesatria.
Mereka membagi pekerjaan mereka, bukan?
Dan aku dengan perasaan bagus masuk ke penginapan dan
mengganti pakaian yang basah ini.
Eh? Kau menanyakan lukaku?
Aku menerima perawatan sebelum kami masuk ke kereta kuda.
Kukira mereka bakal dengan mudah menyembuhkan dengan
magecraft, namun berlawanan dengan harapanku, itu berakhir dengan obat dan lalu
diperban, paham?
Ketika aku bertanya, ‘Tak bisakah kau menyembuhkannya
dengan magecraft?”
“Tak banyak yang bisa menggunakan magecraft. Hanya yang
bisa melakukannya adalah imam dan fraksi magi.”
Itulah bagaimana jadinya.
Untungnya, lukaku tak membahayakan, dan dengan pengobatan
ini, nampaknya bakal sembuh setelah sekitar seminggu. Hooray untuk fantasi.
..*
Apakah ini mungkin empat jam terlewat sejak aku dibawa ke
penginapan dan masuk ke ruanganku?
Penginapannya tinggi dua lantai, dan kukira lantai
pertama untuk ruang makan, tempat tinggal pemilik, dan kamar mandi. Membuat
lantai dua sebagai ruangan tamu.
Aku sedang akan menuju ke ruangan pangeran dan memeriksa
beberapa hal.
Ah-, ruanganku itu untukku sendiri, karna aku seorang
gadis.
Selagi yang diduga, aku tak berbagi ruangan dengan regu
kesatria yang semuanya lelaki.
Untuk sekarang, aku meninggalkan bawaan ke ruanganku dan
mengeluarkan dougi dari tas yang jatuh bersama denganku.
Dougiku itu putih untuk atasan, dan hakama biru malam.
Dougi untuk kendo dan kyuudo cukup mirip, kan?
Walau seragamku hampir kering, namun terasa tak nyaman
memakai pakaian setengah kering, jadi memakai dougiku itu lebih baik.
Aku dengan cepat melepaskan sweater musim panasku, dan
selagi melepaskan seragam dasar, tanganku tiba-tiba berhenti.
“Bahkan celana dalamku basah, bukan? ... Apa yang harus
kulakukan ...?”
Seperti yang kau kira, aku tak sebegitu jauhnya sampai
menyiapkan pakaian dalam.
Aku akan melakukan latihan ringan didojo hari ini, dan
setelahnya aku akan membeli bahan-bahan di supermarket sebelum pulang untuk
berganti, jadi aku tak menyiapkan pakaian dalam dan celana dalam.
Umumu, walau sudah dikata, sangat susah untuk tetap
memakai pakaian basah.
Aku menatap dougi selama lima menit.
‘Yah, dougi juga tebal, jadi harusnya tak apa, harusnya begitu
bukan?”
Akhirnya, aku takkan bergerak kesana kemari hari ini, dan
setelah ini aku hanya pergi berbicara dengan pangeran dan sisanya, makan malam,
dan pergi tidur. Harusnya tak ada banyak masalah.
Menilainya begitu, aku dengan singkat telanjang, memakai
dougiku, dan menggantungkan pakaian yang tak dipakai ke meja dan kursi jadi
bakal kering lebih mudah.
Setelah ini, aku akan berbicara dengan pemilik penginapan
dan meminta mereka mencuci pakaian dalamku.
Akhirnya, seperti yang kamu kira, aku sedikit cemas hanya
dengan mengeringkannya dan memakainya lagi.
..*
Setelah selesai dengan persiapan sederhana, aku dengan
segera menuju ruangan pangeran.
Membahasnya lagi .... Walaupun kelihatan seperti ras
manusia yang harusnya ada perbedaan bahasa, sebuah misteri kenapa komunikasi
kami lancar.
Bukankah ini hal lain yang harus kutanyakan?
Selagi memikirkan hal tersebut, aku dengan cepat sampai
di ruangan pengeran.
Yah, walau itu hanya berjarak tiga pintu dari milikku.
“Pangeran Sedrim, ini Sakura, Aku boleh masuk?”
Setelah mengetuk, aku berucap begitu.
“Silahkan.”
Aku bisa mendengar dari dalam ruangan suara pria selain
Pangeran Sedrim.
“Tolong permisi.”
Aku menjawab dan membuka pintu.
“Tak apa, duduklah.”
Pangeran Sedrim memanggilku, dan aku duduk di kursi
terdekat. Selain Pangeran Sedrim, ada seorang paman yang rapi yang lebih dari
30-an.
“Dia kapten regu kesatria kami, Raias Or Olford. Ini
Sakura Fujino.”
Pangeran mengenalkan kami berdua.
“Saya Raias.”
“Aku Sakura Fujino.”
Kami hanya bertukar nama. Salam sedarhana bukan?
“Nah kemudian, ini langsung ke topik utama namun.... “
Pangeran mulai langsung ke topik, namun aku punya sesuatu
yang aku harus pastikan terlebih dahulu.
“Pangeran Sedrim, sebelum kita mulai, ada sesuatu yang
aku ingin pastikan dahulu.”
Aku memulai percakapan seperti ini.
Jika aku dengan jelas bertanya tentang yang mengganjal
fikiranku, pertanyaan nanti bakal berkurang juga, benar kan?
“Hmm, Apa? Jika itu adalah sesuatu yang bisa kujawab,
maka ya.”
“Terima kasih banyak.”
Walau diinterupsi selagi berbicara, dia tak begitu
memikirkannya. Tak buruk. Pangeran.
Omong-omong, orang lainnya, Raias, menggerakkan alisnya
untuk sesaat. Kau masih belum berkembang, benar bukan?
“Pertama, apakah benar jika mengatakan bahwa “Sobure” di
namamu sebagai nama negeri ini?”
Ini adalah yang menggangguku sejak pangeran
memperkenalkan dirinya.
“Benar, Negara ini adalah Kerajaan Sobure. Ini adalah
negeri yang dipimpin oleh seorang Raja.”
Begitu, Seperti yang aku kira.
Artinya bahwa nama dunia ini adalah ....
“Lalu, poin kedua, Apakah dunia ini Alselia?”
Jika ini Alselia lalu ....
Merasa sedikit khawatir, aku bertanya pada pangeran untuk
memastikannya.
“Benar, dunia ini adalah Alselia, dan merupakan dunia
yang diciptakan oleh satu satunya Tuhan dengan nama yang sama.”
Aku paham...
Artinya alasan mengapa aku bisa berkomunikasi adalah ....
begitu ya, bagaimana ini terjadi?
“Aku mengerti. Itulah poin yang aku ingin pastikan.”
“Begitu .... Kamu bertanya hal yang cukup aneh, namun
mengkinkah dari pertanyaanmu sebelumnya, kamu bukan penduduk dunia ini, Sakura?
Namun mengapa kau tahu nama Alselia....?”
Pangeran mengomel pada dirinya akan sesuatu.
“Ya, dari pertanyaan sebelumnya. Aku mengerti beberapa
hal. Pertama, aku datang dari dunia yang berbeda dengan yang satu ini, untuk
suatu alasan. Kedua, adalah bahasa. Ini terubung dengan pertanyaan sebelumnya,
namun aku tahu bahasa dunia ini. Dan nampaknya sampai sekarang, aku secara tak
sadar berganti ke bahasa dunia ini. Kau mungkin tak mempercayaiku, namun aku
mengingat kehidupan lamaku. Bukan, mungkin lebih akurat aku mengatakan bahwa
aku memiliki pengetahuan akan itu. Nampaknya di kehidupan sebelumnya aku
tinggal di dunia ini.”
Benar, dengan kata lain, aku mengalami reinkarnasi di
dunia lain, dan berakhir berkelana kembali ke dunia sebelum reinkarnasi. Ketika
aku menatap reaksi pangeran, alisnya tersambung untuk ekspresi yang susah untuk
suatu alasan.
“Kau tak percaya aku?”
Ketika kau bertanya ini,
“Sejujurnya, saya ingin percaya padamu. Yah, aku tak
mengira bahwa kamu akan berbohong Sakura, namun ini terlalu absurd bukan?”
Yah, aku tahu apa yang ingin kau katakan.
Akhirnya, bahkan akupun akan susah percaya bila seseorang
memberi tahuku ini.
“Tidak masalah bukan bila aku punya bukti dari dunia
lain?”
“Yah, jika kau punya sesuatu, itu mungkin bakal lebih
mudah untuk dipercaya.”
Jadi jawaban pangeran, maka.
“Lalu tolong tunggu sebentar,”
Aku menjawab begitu, sebelum memutuskan sementara kembali
ke ruanganku.
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)