Tl : Zimsakuzai
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
Bab
9 – Teh dan Kue
“Permisi, aku ingin menyeduh teh, namun bisakah aku
meminjam alat-nya?”
Masuk ke ruang makan dan menuju dapur, aku memanggil
mereka.
Kesatria lain dan juga penduduk lokal mengalihkan
pandangan mereka padaku. Nampaknya dougi yang kukenakan agak mencolok. Namun
aku ini bukan bahan hiburan lho.
“Kami tak punya hal yang bagus untuk VIP. Apa tak apa?”
Orang yang nampaknya merupakan pengurus penginapan cukup
baik menghampiriku.
“Tidak apa, Tolong untuk tiga orang.”
Setelah membalasnya, pengurus penginapan berkata “Tolong
tunggu.” Sebelum kembali ke dapur.
Setelahnya, pengurus penginapan membawakan baki
dengan teko air panas dan cangkir.
“Jangan ditumpahkan ya?”
Setelah mengatakannya mereka memberikannya padaku, namun,
aku kok agak merasa diperlakukan kayak anak kecil.
“Tak apa.”
Melihat pada pengurus penginapan, aku memberitahunya
begitu, mereka memberikan pandangan “Apakah tidak ada yang membantu gadis
itu?”. Aku malah mendapatkan perasaan diperlakukan seperti anak kecil lagi.
Selagi merasa tak puas pada caraku diperlakuan, aku
kembali ke ruangan pangeran.
Karna kedua lenganku sedang sibuk, aku memanggil mereka
dan meminta mereka membuka pintu untukku.
“Ini Sakura. Aku membawa teh. Bisakah tolong dibukakan
pintunya?”
Setelah menunggu sebentar, pintu dibukakan dari dalam,
dan Kapten regu Raias muncul.
“Masuk.”
Menjawab dengan sahutan, aku masuk.
Meja utama terkubur dengan barang-barangku, jadi aku
meletakkan baki ke meja disamping ranjang, dan mulai menyeduh teh.
Apakah ini teh herbal? Penasaran akan jenis tehnya, aku
mencari pengetahuan itu di kehidupan lamaku.
Selagi mengingat rasa dan efek dari pengetahuan kehidupan
sebelumnya, aku menggabungkannya dengan pengetahuan bagaimana menyeduh teh
lezat yang aku pelajari di kehidupan ini, untuk menyeduhnya.
“Aku akan menyeduh teh segera, jadi tolong rapikan barang
di meja.”
Selagi menyeduh, aku memanggil sepasang yang masih
menatap kotak bekal dan jam tangan.
Setelah menyeduh teh dan berbalik, aku membersihkan
sedikit tempat di meja untuk teh.
Aku meletakkan cangkir teh di hadapan mereka, dan lalu
duduk dengan teh untuk diriku.
“Kue ini cocok dimakan bersama dengan teh. Aku harap itu
cocok dengan lidah anda.”
Selagi mengatakannya, aku membuka tas kue dan
meninggalkannya di tengah meja, sambil memakan satu.
Mn, maknyus. Omong-omong, ini hanya kue mentega
sederhana.
Setelah memastikan aku memakannya, Kapten Regu Paias dan
Pangeran Sedrim juga mengambil kue.
Selagi menatapnya, aku menyeruput sedikit teh.
Oh lezatnya. Nampaknya aku menyeduhnya dengan bagus.
Ini sudah delapan tahun sejak aku mulai memasak sendiri
untuk memburu masakan lezat, dan nampaknya kemampuanku juga berguna di dunia
ini.
“Ini ... cukup lezat. Rasa manis dan aromanya menyebar
didalam mulut benar-benar berbeda dengan kue yang aku makan sebelumnya. Dan
apa-apaan dengan aroma ini?...”
Pangeran berteriak terkejut.
Ketika aku melihat pada keduanya, aku menemukan pangeran
mengambil lagi kuenya, dan kapten regu nampaknya membeku. Apakah ada masalah?
“Aromanya itu mungkin mentega. Ini manisan yang dibuat
menggunakan susu sapi. Selagi untuk rasa manisnya, saya tak menggunakan gula,
jadi mungkin itu rasa mentega. Jika anda memakannya bersama teh, rasa manisnya
bakal meningkat lho.”
Setelah mengatakannya, pangeran meminum teh ke mulutnya
selagi menggigit kue.
Nampaknya kapten regu telah tersembuhkan dari membeku,
dan bergerak lagi. Dia meminum teh seperti pangeran.
“Saya mengerti. Apakah ini teh herbal? Rasa dan aromanya
cukup beda dengan yang biasa kuminum namun.... namun ini cocok sekali dengan
kue.”
Dia mengambil kue lagi, selagi mengatakannya. Dia cukup
rakus, bukan?
“Bukankah teh yang biasa kau minum itu barang kelas atas?
Ini hanyalah teh herbal murah. Rasa dan aromanya tak bakal bisa dibandingkan dengan
barang mewah yang diminum keluarga royalti.”
Aku ingin tahu apakah ia buta akan dunia. Aku
menjawabnya, dia sedikit terkejut. Dia mengatakan “Aku mengerti” sebelum
mengambil kue yang lain. Aku melihat lagi. Nampaknya bahwa kapten regu juga
melakukan hal yang sama.
Walau aku hanya baru makan satu buah, kue-nya sudah
habis. Kue-ku.....
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)
Baru libur panjang dari translasi indonesia
you see... akhirnya dapat free time di RL buat translate....