Minggu, 03 Desember 2017

Sakura Chapter 9

Terima Kasih sudah datang...


Tl : Zimsakuzai
Source : Onichannyamete

(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)


Bab 9 – Teh dan Kue

“Permisi, aku ingin menyeduh teh, namun bisakah aku meminjam alat-nya?”

Masuk ke ruang makan dan menuju dapur, aku memanggil mereka.

Kesatria lain dan juga penduduk lokal mengalihkan pandangan mereka padaku. Nampaknya dougi yang kukenakan agak mencolok. Namun aku ini bukan bahan hiburan  lho.

“Kami tak punya hal yang bagus untuk VIP. Apa tak apa?”

Orang yang nampaknya merupakan pengurus penginapan cukup baik menghampiriku.

“Tidak apa, Tolong untuk tiga orang.”

Setelah membalasnya, pengurus penginapan berkata “Tolong tunggu.” Sebelum kembali ke dapur.

Setelahnya, pengurus penginapan membawakan baki dengan  teko air panas dan cangkir.

“Jangan ditumpahkan ya?”

Setelah mengatakannya mereka memberikannya padaku, namun, aku kok agak merasa diperlakukan kayak anak kecil.

“Tak apa.”

Melihat pada pengurus penginapan, aku memberitahunya begitu, mereka memberikan pandangan “Apakah tidak ada yang membantu gadis itu?”. Aku malah mendapatkan perasaan diperlakukan seperti anak kecil lagi.

Selagi merasa tak puas pada caraku diperlakuan, aku kembali ke ruangan pangeran.

Karna kedua lenganku sedang sibuk, aku memanggil mereka dan meminta mereka membuka pintu untukku.

“Ini Sakura. Aku membawa teh. Bisakah tolong dibukakan pintunya?”

Setelah menunggu sebentar, pintu dibukakan dari dalam, dan Kapten regu Raias muncul.

“Masuk.”

Menjawab dengan sahutan, aku masuk.

Meja utama terkubur dengan barang-barangku, jadi aku meletakkan baki ke meja disamping ranjang, dan mulai menyeduh teh.

Apakah ini teh herbal? Penasaran akan jenis tehnya, aku mencari pengetahuan itu di kehidupan lamaku.

Selagi mengingat rasa dan efek dari pengetahuan kehidupan sebelumnya, aku menggabungkannya dengan pengetahuan bagaimana menyeduh teh lezat yang aku pelajari di kehidupan ini, untuk menyeduhnya.

“Aku akan menyeduh teh segera, jadi tolong rapikan barang di meja.”

Selagi menyeduh, aku memanggil sepasang yang masih menatap kotak bekal dan jam tangan.

Setelah menyeduh teh dan berbalik, aku membersihkan sedikit tempat di meja untuk teh.

Aku meletakkan cangkir teh di hadapan mereka, dan lalu duduk dengan teh untuk diriku.

“Kue ini cocok dimakan bersama dengan teh. Aku harap itu cocok dengan lidah anda.”

Selagi mengatakannya, aku membuka tas kue dan meninggalkannya di tengah meja, sambil memakan satu.

Mn, maknyus. Omong-omong, ini hanya kue mentega sederhana.

Setelah memastikan aku memakannya, Kapten Regu Paias dan Pangeran Sedrim juga mengambil kue.

Selagi menatapnya, aku menyeruput sedikit teh.

Oh lezatnya. Nampaknya aku menyeduhnya dengan bagus.

Ini sudah delapan tahun sejak aku mulai memasak sendiri untuk memburu masakan lezat, dan nampaknya kemampuanku juga berguna di dunia ini.

“Ini ... cukup lezat. Rasa manis dan aromanya menyebar didalam mulut benar-benar berbeda dengan kue yang aku makan sebelumnya. Dan apa-apaan dengan aroma ini?...”

Pangeran berteriak terkejut.

Ketika aku melihat pada keduanya, aku menemukan pangeran mengambil lagi kuenya, dan kapten regu nampaknya membeku. Apakah ada masalah?

“Aromanya itu mungkin mentega. Ini manisan yang dibuat menggunakan susu sapi. Selagi untuk rasa manisnya, saya tak menggunakan gula, jadi mungkin itu rasa mentega. Jika anda memakannya bersama teh, rasa manisnya bakal meningkat lho.”

Setelah mengatakannya, pangeran meminum teh ke mulutnya selagi menggigit kue.

Nampaknya kapten regu telah tersembuhkan dari membeku, dan bergerak lagi. Dia meminum teh seperti pangeran.

“Saya mengerti. Apakah ini teh herbal? Rasa dan aromanya cukup beda dengan yang biasa kuminum namun.... namun ini cocok sekali dengan kue.”

Dia mengambil kue lagi, selagi mengatakannya. Dia cukup rakus, bukan?

“Bukankah teh yang biasa kau minum itu barang kelas atas? Ini hanyalah teh herbal murah. Rasa dan aromanya tak bakal bisa dibandingkan dengan barang mewah yang diminum keluarga royalti.”

Aku ingin tahu apakah ia buta akan dunia. Aku menjawabnya, dia sedikit terkejut. Dia mengatakan “Aku mengerti” sebelum mengambil kue yang lain. Aku melihat lagi. Nampaknya bahwa kapten regu juga melakukan hal yang sama.

Walau aku hanya baru makan satu buah, kue-nya sudah habis. Kue-ku.....

(~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~ (~`.`)~
<= | INDEX | =>
~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~) ~(‘.’~)

Baru libur panjang dari translasi indonesia you see... akhirnya dapat free time di RL buat translate....