Sabtu, 30 September 2017

Arge Chapter 41

Terima Kasih sudah datang...


Tl : Zimsakuzai
Source : Estelion Secret Imouto / Imouto Site


++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
<< | Index | >>
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||

41 – Tetesan air mata

Ketka aku kembali kegubuk, aku melihat Kuzuha-chan telah tertidur, beristirahat di tumpukan jerami, menggunakan ekornya sebagai bantal

Pakaiannya rusak, jadi banyak bagian yang terekspos, dan tersobek-sobek, dia pasti tertusuk oleh jerami.

Terasa sangat kesepian, tidur di ekornya.

Aku meletakkan ibu Kuzuha-chan disampingnya. Mereka terlihat seperti ibu dan putrinya tidur bareng.

Aku berfikir untuk membangunkan Kuzuha-chan, namun aku tak mau mengganggu tidurnya.

“Ayo jelaskan ketika dia bangun.” Kufikir.

Aku meletakkan beberapa jerami diatas Kuzuha-chan dan ibunya untuk menjaga mereka tetap hangat dari pada menggunakan selimut.

Dan lalu, aku mengeluarkan selimutku dari kantong darah, duduk, dan bersandar pada pilar terdekat.

“Aku sedikit lelah, jadi ayo tidur sekarang.” Kufikir.

Aku menutup mataku, namun tepat aku menutup mataku, aku mendengar suara. Aku membuka mataku lagi dan melihat Kuzuha-chan bangun.
“Mmmm…?” (Kuzuha)

Mengeluarkan suara kecil Kuzuha-chan bangun.

Ketika dia bangun, jarami yang kugunakan untuk menutupinya, mulai terjatuh.
“Arge-san?” (Kuzuha)

“Apa aku membangunkanmu? Ma’af...”

“Bukan, tak masalah... namun apa yang terjadi, aku bisa mencium aroma Ibundaku?”

“Ibumu berada disana.”

Aku menunjukkan jari ke sisinya

Ibunya terbaring di samping Kuzuha-chan.

Setelah mendengar itu, dia melihat arah jariku dan menyadari ibunya.

Dia terlihat sangat bahagia, melompat ke dada ibunya.

Seperti serigala kecil bermain dengan ibunya.

“Okaa-sama!” (Kuzuha) (母様: Okaa-sama = esteemed mother = Ibunda)

Selagi memanggil ibunya “Okaa-sama” lagi dan lagi. Kuzuha-chan menenggelamkan wajahnya ke dada ibunya.

Dia telah “Aku akan bangga memberi tahumu apa yang aku lakukan dengan mendengarkan perintah penguasa.” Melihat matanya, dia ingin di puji oleh ibunya.  

Dia berbicara dan menggetarkan pada ibunya.  

Namun, tentu saja, ibunya tak membalas.

Dia takkan pernah membuka matanya dan takkan pernah menggerakkan jarinya.

Melihat itu agak aneh wajah Kuzuha-chan menjadi berawan.
“Ibu...nda, ada apa?” (Kuzuha) (Ka a,-sama? Dō shita ndesu no?)

“...Ibumu takkan pernah bangun lagi.”

“Huh…!?” (Kuzuha)

Kuzuha-chan menolehkan mata kuningnya kepadaku dan langsung kembali ke ibunya.

Dia anak kecil, dengan hati murni, mudah dibohongi.

Namun dia segera mengerti arti perkataanku, bahkan gadis muda polos sepertinya menyadari arti dari “Takkan pernah bagun kembali.”

Ekornya dan telinganya yang tadinya berdiri karna kebahagiaan sebelumnya lesu dalam sekejap.

Pundak kecilnya bergetar dan mata besarnya terbuka lebar.

Air asin menetes pada pipi ibunya.

Air mata Putrinya.
“Okaa-sama… Oka a-sama, Okaa-sama…!”  (母様……かあさま、母様…… T.N: everything is mean mother)

Kuzuha-chan tidak berteriak atau mengamuk, hanya menatap wajah ibunya, terus memanggil ibunya, air mata menuruni wajahnya.

Dia tak pernah berkata kenapa, tidak marah, hanya terus memanggil ibunya, air mata terus menuruni wajahnya.

Sedikit bergetar, aku menarik pundakku, dan memajukan tanganku padanya, sebelum menghentikannya.

Melihat padanya selagi memanggil ibunya.

Menyentuh dan menepuk kepalanya, bagaimana itu akan membantu?

Itu mungkin nyaman namun takkan menyelesaikan masalahnya.

Ibunya takkan bangkit, bahkan dengan seluruh skillku, bahkan aku takkan bisa melakukan hal seperti tersebut.

Yang bisa kulakukan hanyalah menyembuhkan luka. Itu saja.

Aku tak bisa membawa kembali kematian.

Tanganku bisa memenuhi dirinya, namun aku tak bisa menyelamatkan ibunya.

Setelah itu, aku hanya melihat pada Kuzuha-chan, sampai dia berhenti menangis, tanpa menyentuhnya.

“Ma’af, aku menunjukkan sesuatu yang tak layak dilihat.” Ia akhirnya berkata.

“Tidak, bukan masalah.”

“Aku menghargai bila kau berkata begitu. Terima kasih, membawa ibuku kembali.”

Setelah menangis, Kuzuha-chan tersenyum, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan senyum diwajahnya, melihat padaku dengan mata bengkak.

Aku menyentuh leher gadis serigala selagi dia menundukkan kepalanya. Bukan kulit, namun kalung.

“Apakah kalung ini dari penguasa itu?”

“Aku diberitahu jika aku memakainya, pannguasa akan bisa mengetahui posisiku...

Ibu berkata ini cara yang aman, karna dia bisa menemukan diamana aku walau dari jauh.

Karna penguasa mengatakan begitu dan itu adalah kebohongan.”


Seperti yang diduga, Kuzuha-chan tak tertipu lagi, itu tak dipungkiri.

Karna dia tak bertanya ‘mengapa’ ibunya mati.

Dia pasti telah menyadari dan mengerti ketika dia melihat tubuh ibunya.

Dia telah mengerti, jadi dia menangis.

“Selama benda ini di lehermu, kamu tak bisa kemana pun.”

“Itu benar, aku tak bisa melepaskannya, karna kutukan yang kuat.”

“Berkatilah gadis ini dengan kebebasan.”

“Huh…?” (Kuzuha)

Kalimah itu ditujukan pada kalung, bukan pada Kuzuha-chan, sihir untuk menghilangkan kutukan.

Aku melepaskan kutukan pada kalung.

Segera aku mengatakan kalimah itu dan menghilangkan kutukan, retakan muncul di kalung, lalu kalung besi itu hancur.

Kuzuha-chan menatap dengan wajah terkejut, mulai pada fragmen besi tersebar di kakinya.

“Arge-san, ini….” (Kuzuha)

“Kau sekarang bisa hidup bebas seperti maumu.”

Ini bukan karna aku diminta.

Aku tak ingin merawatnya.

Ini bukanlah pembalasan.

Aku hanya berfikir bahwa aku harus melakukannya.

Seperti aku tidur ketika aku ingin, kufikir bahwa dia harus melakukan apa yang ia inginkan. Dia telah mengerti apa yang terjadi.

Dia bisa melakukan apapun sesukanya, jika ada tempat dia ingin pergi, jika ada sesuatu yang ia ingin lakukan, dia harus melakukan sesuka hatinya.

Dia mungkin akan menemukan harapan baru. Yang bisa aku lakukan hanyalah memecahkan kutukan, aku tak bisa membantunya lagi.

“… aku paham” (Kuzuha) (Wakarimashita ~wa)

Dari matanya, aku bisa melihat keputusan yang kuat. Matanya memberitahuku bahwa dia ingin melakukan sesuatu. Ini sesuatu yang aku tak bisa lakukan, menampilkan mata berkeputusan kuat itu.

“Aku pergi.” (Kuzuha) (Itte mairima su)

Membungkuk sekali lagi, Kuzuha-chan menendang tanah. Melompat melewati lubang di langit-langit gubuk, dan meninggalkannya begitu.

...Kemampuan fisiknya cukup tinggi.

Dia adalah ras beast, jika bicara sihir, dia mampu memanipulasi sihir atribut api yang cukup kuat untuk menyakitiku, bahkan dengan toleransi maksimum, dan dia bahkan bisa membuat alter ego.

Dia masih anak kecil, namun dia memiliki cukup kekuatan untuk merawat dirinya.

Itu akan sulit, karna dia mudah ditipu.

Namun jika dia hidup, dia bisa belajar dari kesalahannya, dan entah bagaimana bertahan hidup.

Dia bisa berjalan dengan kekuatannya sendiri. Dia tak perlu bantuan siapapun.

“Ini sedikit dingin bukan?”

Aku berbicara pada ibu Kuzuha-chan.

Putrinya bubas sekarang, dan memutuskan untuk melakukan sesuatu, kufikir kuzuha-chan bisa hidup dengan baik.

Tak ada yang bisa kulakukan. Tak perlu malakukan apapun.

Aku meletakkan selimut yang kupakai diatas tubuhnya.

“Jaga dirimu tetap hangat sampai Kuzuha-chan kembali.”

Aku mengerti takkan ada respon, namun aku mengulangi kalimat itu dan meninggalkan mayat.

Aku tak tahu mengapa aku melakukan ini.

Aku hanya berfikir bahka aku harus melakukan hal itu.

...Aku menghormati perasaanya pada putrinya, aku tak bisa melakukan apapun padanya, namun aku setidaknya bisa menjaga tubuhnya tetap hangat.

Aku mengeluarkan selimut baru dari kantong darah, mamakainya dan lalu meninggalkan gubuk.

Tak seperti Kuzuha-chan, aku keluar melalui pintu.

Karna ini masih fajar, angin dingin menepuk pipiku.

Aroma yang angin bawa adalah individu yang aku tahu.

Dia sekarang berada di sisilain padang rumput dan dia datang padaku dengan cepat.

Kelihatannya dia makin cepat.

“Neguseo. Kau datang?”

“Oh, aku merasa sedikit susah.”

“Tak istirahat?”

“Bukan...hatimu kelihatannya sakit, jadi kukira sesuatu terjadi dan datang melihatmu.”

“Ma’af... aku tak begitu mengerti, namun terima kasih.”

...Apa maksudnya “hatiku sakit”?

Tak ada kebohongan dari ucapan Neguseo.

Kami memiliki Kontrak Darah. Seperti aku bisa merasakan perasaan Neguseo. Dia juga mengerti yang kurasakan.

Tentusaja, dia tahu tak berkata dusta.

Itulah mengapa aku tak mengerti, aku penasaran apa yang membuat hatiku sakit?

Sejak awal, kenapa aku begitu....
“…” (Arge)

“…Arge.” (Neguseo) Neguseo memanggil.

“Oh, ya, apa?”

“Kau segeralah naik. Maukah kau menuju perbatasan sekarang?”

“Baiklah, makasih.”

Aku tak mengerti, namun Neguseo berhenti membahasnya.

Ini persoalan yang tak bisa kujawab.

Menyebalkan selalu berfikir, jadi kuputuskan agar tak khawatir lagi tentang itu.

Manaiki punggung Neguseo, dia yang mengerti aku tanpa berbicara, jadi dia mulai berjalan tanpa berkata apapun.

“Aku akan tiduk sejenak.”

“Oh, aku akan memanggilmu jika sesuatu terjadi.”

“Makasih, Neguseo....”

Segera setelah aku menutup mataku, rasa kantuk menjalariku.

Kelihatannya aku lebih lelah dari menggunakan badan dari pada yang aku kira.

Sekarang aku berhenti berfikir, dan pergi tidur.

++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
<< | Index | >>
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||