Tl : Zimsakuzai
Source : Estelion Secret Imouto / Imouto Site
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
41 – Tetesan air mata
Ketka aku kembali kegubuk, aku melihat Kuzuha-chan telah
tertidur, beristirahat di tumpukan jerami, menggunakan ekornya sebagai bantal
Pakaiannya rusak, jadi banyak bagian yang terekspos, dan tersobek-sobek,
dia pasti tertusuk oleh jerami.
Terasa sangat kesepian, tidur di ekornya.
Aku meletakkan ibu Kuzuha-chan disampingnya. Mereka
terlihat seperti ibu dan putrinya tidur bareng.
Aku berfikir untuk membangunkan Kuzuha-chan, namun aku
tak mau mengganggu tidurnya.
“Ayo jelaskan ketika dia bangun.” Kufikir.
Aku meletakkan beberapa jerami diatas Kuzuha-chan dan
ibunya untuk menjaga mereka tetap hangat dari pada menggunakan selimut.
Dan lalu, aku mengeluarkan selimutku dari kantong darah,
duduk, dan bersandar pada pilar terdekat.
“Aku sedikit lelah, jadi ayo tidur sekarang.” Kufikir.
Aku menutup mataku, namun tepat aku menutup mataku, aku
mendengar suara. Aku membuka mataku lagi dan melihat Kuzuha-chan bangun.
“Mmmm…?” (Kuzuha)
Mengeluarkan suara kecil Kuzuha-chan bangun.
Ketika dia bangun, jarami yang kugunakan untuk
menutupinya, mulai terjatuh.
“Arge-san?” (Kuzuha)
“Apa aku membangunkanmu? Ma’af...”
“Bukan, tak masalah... namun apa yang terjadi, aku bisa
mencium aroma Ibundaku?”
“Ibumu berada disana.”
Aku menunjukkan jari ke sisinya
Ibunya terbaring di samping Kuzuha-chan.
Setelah mendengar itu, dia melihat arah jariku dan
menyadari ibunya.
Dia terlihat sangat bahagia, melompat ke dada ibunya.
Seperti serigala kecil bermain dengan ibunya.
“Okaa-sama!” (Kuzuha) (母様:
Okaa-sama = esteemed mother = Ibunda)
Selagi memanggil ibunya “Okaa-sama” lagi dan lagi.
Kuzuha-chan menenggelamkan wajahnya ke dada ibunya.
Dia telah “Aku akan bangga memberi tahumu apa yang aku
lakukan dengan mendengarkan perintah penguasa.” Melihat matanya, dia ingin di
puji oleh ibunya.
Dia berbicara dan menggetarkan pada ibunya.
Namun, tentu saja, ibunya tak membalas.
Dia takkan pernah membuka matanya dan takkan pernah
menggerakkan jarinya.
Melihat itu agak aneh wajah Kuzuha-chan menjadi berawan.
“Ibu...nda, ada apa?” (Kuzuha) (Ka a,-sama? Dō shita
ndesu no?)
“...Ibumu takkan pernah bangun lagi.”
“Huh…!?” (Kuzuha)
Kuzuha-chan menolehkan mata kuningnya kepadaku dan
langsung kembali ke ibunya.
Dia anak kecil, dengan hati murni, mudah dibohongi.
Namun dia segera mengerti arti perkataanku, bahkan gadis
muda polos sepertinya menyadari arti dari “Takkan pernah bagun kembali.”
Ekornya dan telinganya yang tadinya berdiri karna
kebahagiaan sebelumnya lesu dalam sekejap.
Pundak kecilnya bergetar dan mata besarnya terbuka lebar.
Air asin menetes pada pipi ibunya.
Air mata Putrinya.
“Okaa-sama… Oka a-sama, Okaa-sama…!” (母様……かあさま、母様……!
T.N: everything is mean mother)
Kuzuha-chan tidak berteriak atau mengamuk, hanya menatap
wajah ibunya, terus memanggil ibunya, air mata menuruni wajahnya.
Dia tak pernah berkata kenapa, tidak marah, hanya terus
memanggil ibunya, air mata terus menuruni wajahnya.
Sedikit bergetar, aku menarik pundakku, dan memajukan
tanganku padanya, sebelum menghentikannya.
Melihat padanya selagi memanggil ibunya.
Menyentuh dan menepuk kepalanya, bagaimana itu akan
membantu?
Itu mungkin nyaman namun takkan menyelesaikan masalahnya.
Ibunya takkan bangkit, bahkan dengan seluruh skillku, bahkan
aku takkan bisa melakukan hal seperti tersebut.
Yang bisa kulakukan hanyalah menyembuhkan luka. Itu saja.
Aku tak bisa membawa kembali kematian.
Tanganku bisa memenuhi dirinya, namun aku tak bisa
menyelamatkan ibunya.
Setelah itu, aku hanya melihat pada Kuzuha-chan, sampai
dia berhenti menangis, tanpa menyentuhnya.
“Ma’af, aku menunjukkan sesuatu yang tak layak dilihat.”
Ia akhirnya berkata.
“Tidak, bukan masalah.”
“Aku menghargai bila kau berkata begitu. Terima kasih,
membawa ibuku kembali.”
Setelah menangis, Kuzuha-chan tersenyum, dia menundukkan
kepalanya dalam-dalam dengan senyum diwajahnya, melihat padaku dengan mata
bengkak.
Aku menyentuh leher gadis serigala selagi dia menundukkan
kepalanya. Bukan kulit, namun kalung.
“Apakah kalung ini dari penguasa itu?”
“Aku diberitahu jika aku memakainya, pannguasa akan bisa
mengetahui posisiku...
Ibu berkata ini cara yang aman, karna dia bisa menemukan
diamana aku walau dari jauh.
Karna penguasa mengatakan begitu dan itu adalah
kebohongan.”
Seperti yang diduga, Kuzuha-chan tak tertipu lagi, itu
tak dipungkiri.
Karna dia tak bertanya ‘mengapa’ ibunya mati.
Dia pasti telah menyadari dan mengerti ketika dia melihat
tubuh ibunya.
Dia telah mengerti, jadi dia menangis.
“Selama benda ini di lehermu, kamu tak bisa kemana pun.”
“Itu benar, aku tak bisa melepaskannya, karna kutukan
yang kuat.”
“Berkatilah gadis ini dengan kebebasan.”
“Huh…?” (Kuzuha)
Kalimah itu ditujukan pada kalung, bukan pada
Kuzuha-chan, sihir untuk menghilangkan kutukan.
Aku melepaskan kutukan pada kalung.
Segera aku mengatakan kalimah itu dan menghilangkan
kutukan, retakan muncul di kalung, lalu kalung besi itu hancur.
Kuzuha-chan menatap dengan wajah terkejut, mulai pada
fragmen besi tersebar di kakinya.
“Arge-san, ini….” (Kuzuha)
“Kau sekarang bisa hidup bebas seperti maumu.”
Ini bukan karna aku diminta.
Aku tak ingin merawatnya.
Ini bukanlah pembalasan.
Aku hanya berfikir bahwa aku harus melakukannya.
Seperti aku tidur ketika aku ingin, kufikir bahwa dia
harus melakukan apa yang ia inginkan. Dia telah mengerti apa yang terjadi.
Dia bisa melakukan apapun sesukanya, jika ada tempat dia
ingin pergi, jika ada sesuatu yang ia ingin lakukan, dia harus melakukan sesuka
hatinya.
Dia mungkin akan menemukan harapan baru. Yang bisa aku
lakukan hanyalah memecahkan kutukan, aku tak bisa membantunya lagi.
“… aku paham” (Kuzuha) (Wakarimashita ~wa)
Dari matanya, aku bisa melihat keputusan yang kuat. Matanya
memberitahuku bahwa dia ingin melakukan sesuatu. Ini sesuatu yang aku tak bisa
lakukan, menampilkan mata berkeputusan kuat itu.
“Aku pergi.” (Kuzuha) (Itte mairima su)
Membungkuk sekali lagi, Kuzuha-chan menendang tanah.
Melompat melewati lubang di langit-langit gubuk, dan meninggalkannya begitu.
...Kemampuan fisiknya cukup tinggi.
Dia adalah ras beast, jika bicara sihir, dia mampu memanipulasi
sihir atribut api yang cukup kuat untuk menyakitiku, bahkan dengan toleransi
maksimum, dan dia bahkan bisa membuat alter ego.
Dia masih anak kecil, namun dia memiliki cukup kekuatan
untuk merawat dirinya.
Itu akan sulit, karna dia mudah ditipu.
Namun jika dia hidup, dia bisa belajar dari kesalahannya,
dan entah bagaimana bertahan hidup.
Dia bisa berjalan dengan kekuatannya sendiri. Dia tak
perlu bantuan siapapun.
“Ini sedikit dingin bukan?”
Aku berbicara pada ibu Kuzuha-chan.
Putrinya bubas sekarang, dan memutuskan untuk melakukan
sesuatu, kufikir kuzuha-chan bisa hidup dengan baik.
Tak ada yang bisa kulakukan. Tak perlu malakukan apapun.
Aku meletakkan selimut yang kupakai diatas tubuhnya.
“Jaga dirimu tetap hangat sampai Kuzuha-chan kembali.”
Aku mengerti takkan ada respon, namun aku mengulangi
kalimat itu dan meninggalkan mayat.
Aku tak tahu mengapa aku melakukan ini.
Aku hanya berfikir bahka aku harus melakukan hal itu.
...Aku menghormati perasaanya pada putrinya, aku tak bisa
melakukan apapun padanya, namun aku setidaknya bisa menjaga tubuhnya tetap
hangat.
Aku mengeluarkan selimut baru dari kantong darah,
mamakainya dan lalu meninggalkan gubuk.
Tak seperti Kuzuha-chan, aku keluar melalui pintu.
Karna ini masih fajar, angin dingin menepuk pipiku.
Aroma yang angin bawa adalah individu yang aku tahu.
Dia sekarang berada di sisilain padang rumput dan dia
datang padaku dengan cepat.
Kelihatannya dia makin cepat.
“Neguseo. Kau datang?”
“Oh, aku merasa sedikit susah.”
“Tak istirahat?”
“Bukan...hatimu kelihatannya sakit, jadi kukira sesuatu
terjadi dan datang melihatmu.”
“Ma’af... aku tak begitu mengerti, namun terima kasih.”
...Apa maksudnya “hatiku sakit”?
Tak ada kebohongan dari ucapan Neguseo.
Kami memiliki Kontrak Darah. Seperti aku bisa merasakan
perasaan Neguseo. Dia juga mengerti yang kurasakan.
Tentusaja, dia tahu tak berkata dusta.
Itulah mengapa aku tak mengerti, aku penasaran apa yang
membuat hatiku sakit?
Sejak awal, kenapa aku begitu....
“…” (Arge)
“…Arge.” (Neguseo) Neguseo memanggil.
“Oh, ya, apa?”
“Kau segeralah naik. Maukah kau menuju perbatasan
sekarang?”
“Baiklah, makasih.”
Aku tak mengerti, namun Neguseo berhenti membahasnya.
Ini persoalan yang tak bisa kujawab.
Menyebalkan selalu berfikir, jadi kuputuskan agar tak
khawatir lagi tentang itu.
Manaiki punggung Neguseo, dia yang mengerti aku tanpa
berbicara, jadi dia mulai berjalan tanpa berkata apapun.
“Aku akan tiduk sejenak.”
“Oh, aku akan memanggilmu jika sesuatu terjadi.”
“Makasih, Neguseo....”
Segera setelah aku menutup mataku, rasa kantuk menjalariku.
Kelihatannya aku lebih lelah dari menggunakan badan dari
pada yang aku kira.
Sekarang aku berhenti berfikir, dan pergi tidur.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++