Terima Kasih sudah datang...
"Kamu sadar lagi ngapain tuh?" (Kaori)
Beruntungnya, kaos yang kupakai terlalu longgar dan Kori tak bisa melihat apapun.
Sialnya, aku juga ga bisa lihat.
"Oops!" (Kei)
Aku menarik lagi boxer dan celana dalamku dengan segera, ini buruk. walaupun situasi ini agak menarik, ya kan?
"Yah, begitulah yang terjadi." (Kei)
"Hei, aku tau apa yang harus kulakukan sekarang, tunggu bentar." (Kei)
Aku perlu memegang celana ketika berdiri, jadi aku duduk di kasur. Masalah teratasi.
Kaori membungkuk selagi menekan kening dengan jemarinya.
"Aku ingin beli pakaian, jadi apa yang harus kulakukan?" (Kei)
"Pakaian, yup benar. apa ga ada cawat disini?" (Kaori)
Kaori menanyakan pertanyaan yang begitu mengerikan, namun ku menjawabnya selagi menekan perasaanku.
"Laki-laki sehaat yang tinggal sendiri sepertiku, nggak mungkin punya cawat perempuan tau." (Kei)
".... kamu beneran Keiichi?" (Kaori)
"Tentu saja. Kaori Manabe, Ultah tanggal 29 Mei, darah tipe A, dan tiga ukuranmu dari atas adalah 85, 60, dan 90" (Kei)
Kaori terdiam ketika aku menyatakan informasi tuk membuktikan aku Keiichi. Untungnya aku ga perlu takut ada yang mencuri dengar.
"HEI, ko kamu bisa tau sih? harusnya cuman aku kan yang tau!" (Kaori)
"Gitukah?" (Kei)
"IYa!" (Kaori)
Aku memperhatikan pundak KAori yang naik turun seiring dia nafas. apa karna kaori tidak mengira aku tau 3-ukuran tubuhnya?
Yah sebenarnya, aku diam-diam melihatnya ketika dia menuliskannya. Bahasan selasai.
Bagaimanapun juga, aku ingin tau apakah dia mempercayai kejadian ini?
"Jadi, apa yang perlu kulakukan?" (Kei)
Kaori mikir tentang yang barusan kukatakan.
Jujur, yang kufikirkan hanyalah berangkat membeli beberapa pakaian ganti.
"Oh, gini aja! kerumahku dulu sekarang!" (Kaori)
Dia bangkit selagi mengatakannya dengan lantang, menarik lenganku, dan aku diseret ke rumah Kaori.
aku bersyukur karna rumahnya dekat.
berjalan beriringan, selagi berhati-hati dengan sandal yang kupakai agar aku ngga terpleset. aku menyadarinya lagi, sekarang aku lebih pendek dari Kaori.
Ku juga merasa ditatapi sama sekelompok pria. aku nggak suka cara mereka menatapiku.
"Jangan ganggu kami." (Kaori)
Kaori meneriaki merak dan langsung lewat gitu saja. kami berjalan selama beberap detik sebelum sampai ke rumah Kaori. Orang tauku sudah meninggal sejak lama, namun orang tua Kaori masih hidup.
kami dangan aman sampai ke rumah kaori dan aku ngasih salam seperti biasa dan masuk.
"Udah pulang ya Kaori?"
Kami menaiki tangga ketika suara ibu Kaori bergema dari dapur di lantai satu.
"Iya, namun aku kan pergi lagi nanti!" (Kaori)
Kaori menjawab selagi menaiki tangga. hmm? kita langsung berangkat?
Ketika ku mengira-ngira apa yang terjadi, kami dah sampai ke kamar Kaori.
{Phew} (Kei)
Ruanganya begitu imut, bernuansa merah muda dan memiliki banyak boneka binatang dimana-mana.
Ini kali pertamaku masuk lagi ke rumah Kaori sejak masuk SMA, terasa feminim banget ruangan ini.
"Sebentar ya" (Kaori)
Ketika ku melihat-lihat sekitar, Kaori mulai mencaari-cari dalam lemari.
Beberapa pakaian dilempar ke kasur satu demi satu. apa ini diperuntukan bagiku?
Heck!? aku harus pakai rok? dia juga mengeluarkan cawat, hmm ukuran anak"? kurasa itu masih baru, soalnya masih tersegel rapi.
Aku hampir terjebak kedalam imajinasi, namun kukuatkan diri. Bodohnya aku, jika sudah pernah dipakai ga mungkin kan masih tersegel.
"Ganti pakaianmu dengan ini untuk sekarang. Kamu ga bisa berangkat seperti itu" (Kaori)
"Aku datang kesini begini." (Kei)
"Ga usah banyak bacot! Ganti sekarang!" (Kaori)
"Disini?" (Kei)
"Iyalah... kalau mau ganti diruang keluarga juga gapapa sih." (Kaori)
"Umm." (Kei)
Bukankah iut semacam hukuman kalau aku ganti baju didepan Ibumu? Walau itu sering terjadi ketika kita masih SD. Yah, ga ada yang bisa kulakuin nih.
"Kenapa kamu ada cawat baru?" (Kei)
"Itu buat jaga-jaga." (Kaori)
"Hmm." (Kei)
Apa maksud dia buat jaga-jaga? terserah, bagusan kalau baru, dari pada yang telah dipakai.
Soalnya kalau lebih bagus yang sudah digunakan. bukannya aku akan bahagia karna gituan?
Walau aku jadi merona dihadapan dadaku, aku ga merasa gitu sekarang.
Aku ga mengerti.
Yah, aku mengecek cawatnya dari kotak dan melihatnya sekilas.
Yang mana nih yang depan? ah, begini. jika itu punya cowok, bakalan langsung ketahuan mana yang depan.
aku menatap Kaori yang ada di depanku.
"Aku ga bersyukur kamu menatapku ganti pakaian." (Kei)
"Jangan bodoh, aku ga punya preferrensi gituan!" (Kaori)
Aku ga bales apapun, hanya menatap Kaori, dia jadi malu dan membalikkan punggungnya padaku.